Ribuan warga Islandia berkumpul di berbagai taman kota dan ruang publik sambil membentangkan selimut dan matras dalam aksi unik yang disebut “Protes Tidur Nasional”. Aksi damai ini digelar untuk memprotes jam kerja yang dinilai terlalu panjang dan tidak seimbang dengan kehidupan pribadi.
Gerakan ini dimotori oleh sekelompok aktivis muda dan mendapat dukungan luas dari pekerja lintas sektor. Mereka menuntut penerapan sistem kerja 30 jam per minggu yang telah diuji coba di beberapa perusahaan lokal dan terbukti meningkatkan produktivitas serta kesehatan mental.
Sambil tidur siang bersama, para peserta membawa papan bertuliskan “Tidur Adalah Hak Asasi” dan “Produktivitas Bukan Segalanya”. Pemerintah Islandia merespons dengan menyatakan akan meninjau kembali kebijakan kerja nasional dan mempertimbangkan fleksibilitas baru.
Aksi ini menginspirasi diskusi global tentang keseimbangan hidup dan kerja, serta menyoroti pentingnya istirahat sebagai bagian dari hak kesejahteraan manusia di era modern.